Potret Keseharian Zahra, Bocah Berambut Gimbal di Dieng

Articleon 10 December 2020

Dataran tinggi Dieng di Jawa Tengah menyimpan peradaban kuno. Daerah pegunungan ini memiliki puluhan situs candi kecil peninggalan Mataram Kuno, bahkan mungkin era yang lebih tua.

Kehidupan masyarakatnya yang agraris, masih berselimut mitos dan legenda mengenai para penguasa di dimensi lain. Makhluk-makhluk astral masih dipercayai mempengaruhi kehidupan masyarakat Dieng. Salah satu yang dipercayai yaitu fenomena bocah-bocah berambut gimbal yang kerap disebut bocah gembel. Mereka umumnya tinggal di Dieng dan kononnya anak-anak berambut gimbal ini memiliki keistimewaan dibanding anak-anak lainnya. Mereka juga memiliki impian dan cita-cita seperti halnya anak-anak sebaya lain, termasuk ingin berambut normal. Bila rambut mereka menggimbal nun jauh dari Dieng, bisa dipastikan dalam darahnya mengalir keturunan Dieng.

Kompas.com berkesempatan untuk mengunjungi rumah salah satu anak berambut gimbal untuk melihat kesehariannya, yaitu Zahra (8) yang tinggal di Desa Siterus, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Minggu (15/11/2020). Zahra adalah salah satu dari sekian banyak anak berambut gimbal yang tinggal di dataran tinggi Dieng. Dari segi penampilan, ia tak seperti anak lainnya yang berambut gimbal. Meski usianya baru menginjak delapan tahun, Zahra adalah seorang fashionista. Rambut gimbalnya dikuncir rapi ke atas dengan memakai jaket tebal berwarna pink muda, senada dengan kaos yang dipakai. Zahra bak seorang model ketika pengambilan gambar di dalam rumahnya.

Potret Keseharian Zahra, Bocah Berambut Gimbal di Dieng
Zahra (8) berpose didalam rumahnya di desa Siterus, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Minggu (15/11/2020).

“Permintaannya semenjak kecil adalah dua ekor ayam dan satu ekor kambing. Itu muncul sendiri saja tanpa ada yang mengarahkan. Begitu bisa bicara langsung muncul permintaan itu,” kata Ibu Zahra, yang menyambut kami dengan segelas susu jahe panas dengan cuaca yang lumayan dingin, saat itu. Permintaan yang dilontarkan anak berambut gimbal bukanlah permintaan biasa.

Potret Keseharian Zahra, Bocah Berambut Gimbal di Dieng
Zahra (8) saat belajar jarak jauh akibat pandemi Covid-19 di desa Siterus, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Senin (16/11/2020).

Warga Dieng percaya, anak perempuan berambut gimbal adalah titisan dari Nyai Dewi Roro Ronce yang merupakan abdi penguasa Laut Selatan, Nyai Roro Kidul.  Sementara itu, jika anak tersebut adalah laki-laki, warga Dieng percaya bahwa mereka merupakan keturunan dari Kyai Kaladete. generique viagra maroc Sang Kyai dipercaya sebagai penguasa Dataran Tinggi Dieng, yang kini bersemayam di Telaga Balekambang.

Potret Keseharian Zahra, Bocah Berambut Gimbal di Dieng
Zahra (8) saat rambut gimbalnya dikuncir rapi ke atas oleh ibunya di desa Siterus, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Senin (16/11/2020).

“Selanjutnya pada saat ada tanda-tanda gimbal itu, Zahra mendadak sakit. Selama 7 bulan sering pulang pergi ke rumah sakit untuk berobat, meriang dan panas adalah penyakit yang sering menimpa Zahra saat itu. Setelah umur 8,5 bulan baru ketahuan (rambut) gimbalnya. Pagi keramas, sisiran, gimbal lagi, keramas, sisiran, gimbal lagi begitu terus seminggu lebih tetap gimbal. Kami pasrahkan saja, tentunya dengan doa,” ucap Ibu Zahra. Un des leaders européens de la pharmacie et parapharmacie en ligne depuis plus de 10 ans, ce sont plus de 7,1 millions de clients à travers l’Europe (notamment en Allemagne et en Autriche) que nous conseillons https://asgg.fr/ et qui bénéficient de notre large choix de produits et d’un service de qualité.

Potret Keseharian Zahra, Bocah Berambut Gimbal di Dieng
Zahra (8) duduk bersama pamannya setelah belajar jarak jauh akibat pandemi Covid-19 di desa Siterus, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Senin (16/11/2020).

Rencananya, rambut Zahra akan dipotong saat menjelang ulang tahunnya pada Januari, 2021 mendatang. Berdasarkan kepercayaan, rambut gimbal merupakan “titipan” dari para leluhur. Titipan itu harus dipotong, kemudian dilarung (dihanyutkan) di Telaga Warna atau Kawah Sikidang sebagai tanda terima kasih. Hal ini sudah dilakukan penduduk Dataran Tinggi Dieng selama berpuluh tahun. Uniknya, rambut gimbal masih “menghantui” keturunan warga Dieng, bahkan saat orang tersebut sudah pindah ke kota lain.

Penulis: Garry Lotulung
Editor: Dino Oktaviano

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Potret Keseharian Zahra, Bocah Berambut Gimbal di Dieng”, klik untuk baca: https://foto.kompas.com/photo/read/2020/11/25/1606280348945/1/potret.keseharian.zahra.bocah.berambut.gimbal.di.dieng#&gid=1&pid=1.